Kabarku Hari Ini

Berhubung ga suka basa basi "Hai uda lama gak nulis di blog karena bla bla bla dan bla bla bla" jadi langsung aja ya.

Pasti ada manusia, satu atau dua orang lah paling engga, yang bertanya-tanya kegiatanku sekarang ngapain atau kabarku gimana kaaaan.

Kesibukanku sekarang adalah...

Sibuk berpikir.

Harusnya aku sudah menyelesaikan skripsi, sidang, atau sudah wisuda. LEBIH HARUSNYA LAGI AKU SEKARANG SUDAH KERJA DAN FOYA FOYA DENGAN GAJI SENDIRI. But, yeah, disini lah aku. Duduk di meja belajar. Menulis blog lagi dari kevakuman menulis bertahun tahun. Menonton kdrama, film, dengerin musik. Sesekali menggambar dan melukis. Tidur. Makan kalau inget. Menjauhi diri dari orang orang dan kehidupan sosial (kecuali twitter) bahkan menjauhi orang-orang rumah. Sangat tidak produktif, eh?

Aku tau harusnya aku tidak boleh begini. Aku tau hal ini buruk. Tapi aku capek.

Aku jenuh. Aku jengah. Aku penat. Aku lelah. Aku butuh istirahat panjang. AKU BOSAN.
Aku bosan sama aktivitas hidupku menjadi mahasiswa, aku bosan ditekan keluarga. Ini yang perlu digarisbawahi: AKU BOSAN DITEKAN KELUARGA.

Mendapatkan pressure dari kecil, dari aku mampu mengingat hal paling awal (usia 2th) aku sudah merasa tertekan dan ada yang tidak beres di keluarga ini. Tidak. Ada yang tidak beres dengan cara didik keluargaku, terutama dalam berkomunikasi.
Orang tua ku adalah orang-orang yang punya cara berkomunikasi sendiri, tidak pernah dengan kata kata lembut dan manis, apalagi sentuhan. Kami dididik seperti itu. Selalu membentak, merendahkan, dan kasar. Saat masih kecil sampai ABG, kekerasan fisik sudah jadi makanan sehari hari. Diantara keempat anak di keluarga, anak yang paling sering mendapatkan semua itu adalah aku. Karena aku sudah dicap sebagai anak pembangkang, susah diatur, selalu melawan, menyusahkan orangtua, dan sejenisnya. Maka susah untukku menjadi anak yang penurut. Di dalam keluarga normal, mungkin jika ada kesalahan yang sangat besar sekali, memaki-maki, merendahkan, memukul, itu sudah biasa ya (meskipun banyak juga yang menganggap hal tsb masih keji). Tapi di keluarga ku, kalau ada kesalahan sekecil debu pun, langsung dianggap kesalahan besar seakan aku adalah mahluk hina yang tidak pantas hidup di dunia ini lagi.

Mungkin sekarang adalah fase dimana aku sudah terlalu muak dengan itu semua. Dan aku tidak ingin memikirkan apa apa lagi kecuali bernafas dan merasakan detak jantungku. Itu saja.
Seakan aku sudah tidak ingin hidup di rumah ini, di kota ini, di provinsi ini, di negara ini, di dunia ini lagi. Aku ingin jadi alien yang hidup di planet Mars.

Yang paling kerasa adalah aku sangat capek bersosialisasi dengan orang orang (kecuali di twitter). Mungkin karena selalu dihantui tekanan skripsi, pertanyaan "kapan lulus?" adalah hal paling menjijikan dan momok untukku di dunia. Seakan aku harus dipaksa menuruti tuntutan dan tekanan sana-sini. Aku paling tidak bisa berkonsentrasi dibawah tekanan.

Tiap hari kuhabiskan waktu ku menyendiri di lantai dua rumahku, yang memang hanya aku yg menempati lantai ini, turun ke lantai satu hanya untuk makan, buang air, dan mandi. Aku tidak ingin mengobrol dengan keluarga, karena ngomel ga ngomel pun, yang akan keluar dari mulut mereka semuanya adalah rasa omelan dan bentakan. Tiada hari tanpa diomeli dan direndahkan. Kupingku sudah sakit mendengarkan bentakan-bentakan mereka lagi sepanjang hidupku.

Setiap ortu mau berangkat kerja, aku menunggu sampai semuanya berangkat dan rumah sepi, baru aku turun ke lantai satu, hanya untuk mengunci pintu, kemudian menyapu rumah, atau mencuci baju dan piring. Terus naik lagi ke lantai dua sambil membawa makanan. Kemudian setelah mereka pulang, aku turun membukakan kunci pintu dan naik lagi ke lantai dua. Aku sudah seperti mempunyai dunia sendiri. Rumah sendiri yang terpisah lantai.
Aku tidak ingin ke luar rumah sama sekali. Karena rumahku daerah pelosok, tidak menarik, dunia sosialku yg menyenangkan jauh disana, dan jalan kesana tidak pernah aman ku lewati. Aku tidak ingin kemana-mana.

Aku tau mereka juga resah kenapa aku seperti ini. Mereka sudah terpikir untuk meruqyahkan aku, dan menikahkanku dengan orang (yang wtf karena di hatiku sudah ada orang lain) secara paksa. Tapi yang jelas jika mereka melakukan itu, aku akan kabur dari rumah. Hal yang sangat ku cita-citakan sejak kecil.

Sebenarnya sudah sejak lama dan bolak balik mereka mengusirku dari rumah, tapi aku tau mereka hanya emosi, tapi sebenarnya mereka berharap demikian juga sih, agar beban mereka berkurang. Mereka cukup jelas dan cukup sering mengatakan "Kami ingin kamu segera pergi dari sini agar beban kami berkurang."
Tapi entahlah kenapa sampai sekarang aku masih terkurung disini, atau aku yang mengurung diriku sendiri? Tapi untuk keluar dari sini sangat dibutuhkan konsentrasi tinggi, sedangkan mana bisa aku konsentrasi dibawah tekanan yang super tinggi pula?

Namun aku masih bersyukur, jika tidak ada seseorang yang menjadi wadah penyaluran rasa kasih sayang, mungkin sekarang aku merasa benar-benar merasa sia sia dan terjebak selamanya dalam kegelapan pikiranku. Tidak banyak membantu di masalah ini sih memang, tapi paling tidak dia memberikanku beberapa warna, semangat, dan harapan. Walaupun 90% nya aku tetap harus mensugesti diri sendiri, bukan dia dan siapapun.

Entahlah, aku hanya merasa lelah sekali dan ingin istirahat sejenak, mengumpulkan tenaga kembali.

Aku janji aku akan kembali lagi namun tolong biarkan aku tenang, dan menjauh dari kebisingan duniawi, karena pikiranku sendiri sudah terlalu bising.






0 komentar: